Assalamualaikum Wr. Wb. Selamat datang dan terima kasih karena sudah mampir pada website ini.
Date : 19 Februari 2023
Teori kontijensi berargumen bahwa desain dan sistem pengendalian adalah tergantung pada konteks organisasi dimana pengendalian tersebut dilaksanakan (Fisher, 1998). Sedangkan Otley (1991) berargumen bahwa teori akuntansi dalam akuntansi manajemen merupakan usaha untuk mengidentifikasi sistem pengendalian berbasis akuntansi yang paling sesuai untuk sebuah kondisi. Dalam prinsip, akuntan manajemen akan selalu berusaha untuk mengadopsi sistemnya untuk lebih berguna dalam kondisi tertentu. Oleh karena itu usaha untuk mengidentifikasi variabel kontijensi yang paling penting dan menduga efeknya terhadap desain sistem pengendalian sangat diperlukan. Hubungan yang lebih baik antara sistem pengendalian dengan variabel kontingensi diduga akan meningkatkan kinerja organisasi. Sedangkan Zainuddin (2003) berpendapat bahwa Sistem Pengendalian Manajemen (SPM) yang berbasis kontijensi ditujukan untuk menguji “fit” antara SPM dengan variabel kontekstual dan variabel hasil (Outcome) sebagai variabel dependen. “Good Fit” berarti peningkatan kinerja sedangkan “Poor Fit” berarti penurunan kinerja.
Teori kontinjensi dalam pengendalian manajemen muncul dari adanya sebuah asumsi dasar pendekatan universal. Bahwasanya sebuah sistem pengendalian manajemen dapat diterapkan pada seluruh perusahaan di berbagai kondisi. Pendekatan universal ini muncul sebagai akibat adanya perkembangan dalam pendekatan manajemen ilmiah, yang memiliki tujuan untuk mencari formulasi terbaik dalam proses produksi suatu perusahaan. Sebuah sistem pengendalian manajemen pada kenyataannya juga dapat diaplikasikan untuk beberapa perusahaan yang mempunyai karakteristik dan skala usaha yang hampir sama. Berangkat dari kenyataan ini, maka sebuah teori kontinjensi dalam pengendalian manajemen terletak di antara dua ekstrim. Ekstrim yang pertama, berdasarkan teori kontinjensi maka pengendalian manajemen akan bersifat situation specific model atau sebuah model pengendalian yang tepat akan sangat dipengaruhi oleh situasi yang dihadapi. Ekstrim kedua adalah adanya kenyataan bahwa sebuah sistem pengendalian manajemen masih dapat digeneralisir untuk dapat diterapkan pada beberapa perusahaan yang berbeda-beda.
Variabel-variabel Kontinjensi
Terdapat banyak penelitian yang telah dilakukan dalam menentukan variabel-variabel kontinjensi dalam hubungannya dengan aktivitas pengendalian. Penelitian yang dilakukan Hofer (1954) mengungkapkan bahwa ada 54 variabel kontinjensi yang berbeda-beda pada lingkup bisnis. 54 variabel kontinjensi ini dapat berpengaruh dalam pembentukan suatu pengendalian ataupun tindakan-tindakan yang diperlukan terkait dengan peningkatan kinerja perusahaan.
Beberapa variabel kontinjensi yang dapat terjadi dalam suatu sistem pengendalian manajemen sebuah perusahaan dapat dibagi ke dalam lima kategori (Fisher, 1998):
a. Variabel yang terkait dengan unsur ketidakpastian (uncertainty).
Sumber utama dari ketidakpastian termasuk ketidakpastian tugas dan lingkungan eksternal. Menurut Hirst (1981) ketidakpastian tugas merupakan perluasan dari aktivitas yang dilakukan manajer untuk mencapai hasil (outcome) yang diharapkan. Ketidakpastian tugas serupa dengan pengetahuan proses transformasi yang didefinisikan oleh Ouchi (1977). Jika seorang evaluator memahami proses transformasi input menjadi output, evaluator dapat merinci tindakan yang dibutuhkan evaluatee dan hal membawa inmplikasi bahwa proses transformasi pengetahuan adalah tinggi. Variasi sifat-sifat yang diajukan oleh peneliti untuk menggambarkan lingkungan eksternal mewakili tingkat ketidakpastian. Beberapa dikotomi digunakan untuk menggambarkan lingkungan eksternal termasuk seperti pasti vs tidak pasti, statis vs dinamis, sederhana vs kompleks, dsb. Sebagai tambahan variabel ketidakpastian lingkungan misalnya hubungan dengan pelanggan, pemasok, pasar kerja, dan perwakilan pemerintah. Sedangkan Zainuddin (2003) memaparkan taksonomi variabel lingkungan eksternal dalam:
Turbulence (risky, unpredictable, fluctuating)
Hostility (stressful, dominating, restrictive)
Diversity (variety of produc , input, customer)
Complexity (rapidly developing technologies)
b. Variabel yang terkait dengan teknologi dan interdependensi perusahaan
Teknologi menurut Zainuddin (2003) menyangkut bagaimana proses operasi organisasi (mengubah input menjadi output) dan termasuk hardware, mesin-mesin, alat-alat, manusia, software, dan pengetahuan. Hal ini juga termasuk definisi teknologi yang dikembangkan oleh Woodward (1956) dan Perrow (1967). Woodward (1956) mengklasifikan teknologi dalam small batch, large batch, proses teknologi dan produksi massal. Perrow (1967) menghasilkan teknologi berdasarkan number of exception dan nature of the search process. Thompson (1967) berpendapat bahwa salah satu kunci komponen teknologi perusahaan adalah interdependensi antar sub unit perusahaan. Pooled, sequential, dan reciprocal merupakan tipe kategori dalam kerangka interdependensi tersebut (Fisher, 1994).
c. Variabel yang terkait dengan dengan industri, perusahaan, dan unit bisnis
Diversifikasi, struktur, dan ukuran perusahaan adalah contoh dari variabel ini. Diversifikasi berkaitan dengan kompleksitas produk maupun struktur perusahaan. Struktur menurut Zainuddin (2003) merupakan spesifikasi formal dari peran yang berbeda untuk anggota organisasi atau tugas-tugas untuk kelompok dalam rangka menjamin bahwa aktivitas organisasi dilaksanakan. Penyusunan struktur mempengaruhi efisiensi kerja, motivasi individu, aliran informasi dan sistem pengendalian serta membantu mengarahkan masa depan organisasi. Hoskisson et al (1990) membagi struktur perusahaan menjadi bentuk multidivisional (M form) dan fungsional (U Form). Selain struktur, Fisher (1998) dan Zainuddin (2003) juga mengkaitkan variabel ini dengan ukuran (size) unit bisnis yang dapat membantu organisasi untuk memperbaiki efisiensi serta penyediaan peluang untuk spesialisasi. Size ini dapat diukur melalui laba, tingkat penjualan, asset, penilaian saham dan karyawan organisasi.
d. Varibel misi dan strategi kompetitif
Porter (1980) mengklasifakasikan strategi menjadi differentiation strategy, low cost stategy,dan competive stategy. Miles dan Snow (1976) mengklasifikasikan unit bisnis menjadi defenders, prospector dan analyzer sedangkan Simon (1987) menghubungkannya dengan product life cycle yang terdiri dari build, hold, harvest, dan divest strategy.
e. Variabel terkait dengan faktor-faktor yang dapat diobservasi (observability)
Variabel ini diajukan oleh Thompson (1967) dan Ouchi (1977). Faktor ini meliputi pengukuran, evaluasi, dan umpan balik terhadap aktivitas personal dan hasil (outcome) dalam sistem pengendalian manajemen. Pengukuran, evaluasi, dan umpan balik ini dilakukan dalam rangka menilai keefektifan sistem pengendalian manajemen .
Beberapa variabel tersebut mungkin mempengaruhi efektivitas Sistem Pengendalian. Sebagai tambahan, hubungan antara variabel kontijensi belum dipahami secara baik. Sebagai contoh ketidakpastian lingkungan eksternal merupakan variabel yang sangat luas dan mungkin berkorelasi dengan beberapa faktor kontijensi. Untuk mendukung pernyataan tersebut Fisher dan Govindarajan (1993) menduga bahwa strategi yang dipilih oleh Strategic Bussines Unit (SBU) akan mempengaruhi tingkat ketidakpastian lingkungan eksternal yang dihadapi SBU tersebut.
@Nasrullah Djamil